Single dalam Pandangan Kristen
- Michelle Theodora
- Aug 2, 2018
- 2 min read
Updated: Aug 3, 2018
Saat ini tak sedikit orang yang terburu-buru ingin berpacaran tanpa
berpikir panjang hanya untuk lepas dari status single. Bahkan banyak anak
sekolah dasar saja sudah berpacaran. Kita pun tidak jarang melihat berita di
media bahwa beberapa kasus bunuh diri disebabkan karena masalah dengan
pasangannya, bukan? Sebagian besar hal itu menunjukkan adanya
ketidakdewasaan seseorang atau belum adanya kesiapan untuk berpacaran secara
psikologis. Perasaan mereka akan ketidaklengkapan diri dan malu jika tidak
memiliki pasangan telah membutakan mereka. Sebagian orang juga hidupnya
hanya fokus mencari pasangan demi melengkapi hidup mereka dimana
sebenarnya pandangan ini tidak tepat menurut pandangan Kristen.
Bagaimanakah pandangan iman Kristen yang benar terhadap status single?
Status single bukanlah status yang memalukan. Masa-masa single
bukanlah masa-masa yang menyedihkan. Kenapa harus malu ketika kita tidak
berbuat dosa dan mengapa harus merasa sedih ketika kita masih bisa melakukan hal-hal berguna yang bisa membuat kita berbahagia?
Sharing:
Aku diberikan sebuah tugas dari mata kuliah agama kristen untuk membuat sebuah makalah pada 17 May 2018. Aku memilih untuk membuat makalah tentang status single di perspektif agama Kristen.
Untuk mengerti lebih lagi tentang makna dari status single sesungguhnya, aku mendorong kalian untuk membaca makalah yang aku buat dengan cara klik gambar dibawah ini.
CLICK THE PICTURE TO SEE MORE EXPLANATIONS ⬇️
Kesimpulan:
Menurut pandangan iman Kristen, seorang dengan status single adalah
seorang yang memiliki pribadi yang complete (utuh). Pribadi yang utuh adalah
ketika kita mengijinkan Tuhan memenuhi hidup kita terlebih dahulu, bukan
mengharapkan pasangan kita (manusia berdosa) atau hal-hal duniawi lainnya
memenuhi hidup kita. Bukan berarti kita tidak perlu menjalin hubungan untuk mendapat pasangan, namun, memiliki atau tidak memiliki pasangan tidak bisa dijadikan penentu utama apakah hidup kita sudah complete atau tidak.
Seperti seorang ballerina, tanpa ada ballerina yang lain ia sendiri pun sudah complete dan tetap bisa menari. Namun bukan berarti seorang ballerina tidak perlu memiliki teman untuk menari bersama melainkan ada atau tidak adanya teman menari tidak menentukan skill yang dimiliki sang ballerina tersebut. Menari sendiri tidak membuat ia terlihat kekurangan skill. Menari bersama teman penari juga tidak membuat ia terlihat mempunyai lebih banyak skill dibandingkan ia menari sendiri.
Reference:
https://www.ndcministry.org/revive/840/separuh-hatiku
https://www.ndcministry.org/revive/83t/seek-god-first
https://www.ndcministry.org/revive/846/mencari-pasangan-seiman-dan-sepadan
Comments