Kuliah Jurusan apa dan Dimana?
- Michelle Theodora
- Aug 4, 2018
- 8 min read
Updated: Aug 7, 2018
25 Agustus 2017, di semester pertama aku kuliah, aku dapat tugas kuliah untuk menceritakan alasan aku mengambil jurusan yang aku ambil saat ini secara singkat.
So if you guys want to know what did I took as my major, feel free to click the picture below! :)
MORE DETAIL:
Awalnya aku berdoa dan tanya ke Tuhan. Aku berdoa jauh sebelum aku UN tahun 2017 jadi kaya awal tahun 2017 lah. Aku bilang ke Tuhan bahwa Tuhan itu yang lebih kenal aku lebih dari siapa pun bahkan lebih dari diriku sendiri. Aku honestly gatau apa yang benar-benar aku suka/ apa yang paling aku suka. Karena banyak yang aku suka, dari suka masak bisa masuk jurusan perhotelan, suka jualan bisa masuk kewirausahaan atau business, suka mempelajari bahasa-bahasa bisa masuk sastra tertentu, suka biologi bisa masuk kedokteran, suka meneliti Firman Tuhan bisa masuk Thelogy, suka design tempat bisa masuk design interior, berani berdebat bisa masuk hukum.
Jadi aku bingung. Aku sangat berhati-hati dalam memilih jurusan kuliah karena aku nggak mau salah mengambil jurusan. Aku takut aku udah mengambil jurusan tertentu lalu aku menyesali karena aku tidak terlalu suka sebenarnya.
Oleh sebab itu aku kasih tahu Tuhan aku nggak mau sampai salah jurusan jadi tolong Tuhan kasih tahu aku apa yang benar benar Tuhan mau aku ambil dan apa yang benar benar Tuhan kasih sebagai passion aku yang sebenarnya.
Jadi karena aku percaya bahwa Tuhan yang menciptakan aku, aku tahu bahwa Tuhan mengenal aku lebih daripada diriku sendiri. Jadi aku minta Tuhan tunjukkin ke aku mengenai jurusan apa yang paling cocok buat aku dan jurusan apa yang Tuhan mau aku ambil selama 4 tahun untuk aku pelajari supaya ga sia-sia.
Terus tiba- tiba saat aku berdoa, aku gatau kenapa tiba-tiba muncul kata "psikologi" dalam pikiran aku. Well, jujur aja aku ga pernah masukin jurusan psikologi dalam list aku. Terus aku langsung mikir "Kenapa psikologi ya?" "Emang aku suka psikologi ya?" Setelah aku inget-inget, orang tuh banyak yang curhat ke aku semenjak aku sakit dari 2011. Sebagian besar mereka yang curhat adalah orang-orang yang sakit tapi ada juga beberapa yang curhat mengenai masalah keluarga dan hal lainnya. Dan aku ga pernah terbeban mendengarkan curhatan orang malah aku pengen banget bisa bantu mereka. Biasanya setelah dengar cerita mereka, aku coba sharing cerita aku yang juga pernah mengalami masalah seperti mereka, dan aku mengingatkan mereka terhadap janji-janji Tuhan di firmanNya. Aku selalu membawa nama mereka yang sedang kesulitan dalam doaku. Aku juga selalu bilang ke mereka "Kalau ada apa-apa jangan sungkan cerita ya." Di akhir percakapan mereka pasti mengucapkan terima kasih ke aku karena sudah mengingatkan dan menguatkan mereka kembali.
Aku kalau mikir juga emang lumayan kritis kata papi aku, karena aku suka bertanya. Jadi kalo ada masalah aku tuh selalu cari sampai ke akar masalahnya dan menangani akar masalahnya dulu. Nah aku tuh juga sering dengar cerita-cerita yang aku nggak pernah bayangkan bisa terjadi, dari situ tau ternyata ada orang yang depresi sama orang tua, tapi ada juga orangtua nyiksa anaknya, dll. Aku tuh pengen banget bantu mereka rasanya aku pengen tahu motif kenapa mereka melakukan itu. Aku pengen tahu perspektif mereka dan aku mau mengajak mereka untuk berpikir dengan perspektif yang berbeda yang pastinya lebih positif.
Dan dari situ aku sadar bahwa emang ternyata secara tidak disadari aku suka psikologi juga. Aku mulai berpikir bahwa psikologi bisa jadi counselor juga untuk pelayanan bantu orang lain dan mungkin kalau aku belajar psikologi aku bisa mengerti masing-masing sifat dari anggota keluargaku lebih baik lagi. Setelah berdoa, aku langsung datang ke mami aku dan bilang bahwa aku tahu aku mau ambil jurusan apa untuk nanti kuliah. Aku bilang aku mau ambil psikologi, terus mami aku kaya kaget gitu kan.
Karena aku ga pernah sebut-sebut jurusan psikologi ke mami, jadi dia pikir aku akan ambil kedokteran/hukum/ jurusan lainnya.
Udah setelah aku bilang mami aku mau bilang psikologi aku jelasin alasannya. Aku nggak bahas-bahas lagi sih sama mami tentang jurusan kuliah sampai tiba waktunya aku selesai UN.
Setelah selesai UN akhirnya aku kembali lagi memastikan dan bertanya-tanya pada Tuhan apakah benar psikologi itu adalah suara Tuhan karena aku takut kalau itu keluar dari pikiran aku sendiri. Aku terus berdoa sama Tuhan minta tunjukkin jurusan apa yang tepat buat aku. Nah aku bersyukur nya Tuhan kasih aku pemikiran bahwa aku akan kuliah selama 4 tahun, apakah aku akan tetap memberikan waktu untuk Tuhan di tengah kesibukanku? Aku jadi takut karena kuliah, fokus aku ke Tuhan berkurang dan hubunganku dengan Tuhan bukannya semakin melekat malah semakin renggang.
Akhirnya aku mencari cara bagaimana supaya selama 4 tahun aku bisa berkuliah dengan baik tanpa melupakan dan mengesampingkan hubunganku dengan Tuhan. Tuhan memberitahuku caranya adalah dengan memilih jurusan yang bisa membawaku lebih dekat dan lebih berdampak bagi Tuhan setiap harinya.
Pemikiran ini sangat mempermudahkan aku untuk memilih jurusan yang tepat. Hal itu karena, dari sekian banyak jurusan yang ada di list aku, akhirnya semuanya tereliminasi dan tersisa hanya dua jurusan yang bisa membawa aku makin dekat sama Tuhan dan semakin berdampak bagi Kerajaan Tuhan yaitu Theology atau Psychology.
Nah tapi aku bingung lagi antara 2 itu. Again, aku berdoa lagi sama Tuhan dan bilang "Tuhan, Tuhan tau aku itu nggak pintar dalam memilih, mikirnya lama banget. Jadi tolong Tuhan sendiri aja yang pilihin jurusan apa yang paling tepat buat aku dari antara dua jurusan ini. Yang mana yang menurut Tuhan paling cocok dan sesuai untukku. . Jadi Tuhan tolong jangan kasih aku pilihan ya."
Orang tuh banyak banget yang saranin aku ambil Theology setiap kali aku kesaksian. Dan psikologi juga kan agak susah kerjaannya katanya.
However, I don't care what people say, I want to follow what God says. Aku ga mau ambil Theology karena banyak orang yang menyarankan. Aku akan ambil Theology kalau memang Tuhan yang menyarankan.
Kalau Tuhan mau aku ambil Theology, aku pasti ambil ko tapi kasih aku kepekaan untuk bisa lihat tanda yang Tuhan berikan, begitu juga kalau Tuhan mau aku ambil Psikologi.
Beberapa minggu kemudian, Papiku akhirnya suruh aku coba tes di Trisakti/Untar karena kampusnya dekat sama tempat tinggal aku. Aku ga dikasih kuliah jauh-jauh karena Papi ga mau aku kecapean di jalan. Jadi kata Papi coba-coba aja Papi daftarin pas lagi dibukakan testnya daripada tidak sama sekali.
Tadinya aku nggak mau tes dulu karena aku masih takut dan belum yakin mau ambil psikologi. Aku juga maunya di Podomoro City yang paling dekat dari tempat tinggal aku. Tapi Papiku ga kasih karena Podomoro saat itu kampus baru yang belum terakreditasi dan di Podomoro tidak ada jurusan Psikologi juga. Untar sudah terakreditasi A jurusan Psikologi jadi Papi aku bilang coba dulu aja takut nanti malah penuh dan mumpung baru selesai UN juga masih ingat pelajarannya. Jadi ya udah aku coba ikut.
Akhirnya aku berdoa lagi ke Tuhan aku tanya Tuhan lagi aku bilang Tuhan kasih aku tanda yang kuat sampe aku nggak bisa menolak untuk jurusan yang Tuhan mau kalau Tuhan mau aku ambil psikologi, luluskan aku. Kalo nggak, jangan biarkan bisa lulus. Akhirnya beberapa hari kemudian aku tes dan aku gak bisa test matematika nya sampe aku bilang bahwa aku kayaknya nggak akan lulus dari test itu. Tapi ternyata aku lolos malah masih bisa dapat diskon.
Tapi aku tuh orangnya rada bebal juga ya haha, jadi aku masih minta tanda terus aku belum sadar akan tanda yang Tuhan kasih. Akhirnya untuk meyakinkan lagi, aku sama Papi aku, nyari kampus Theology. Tapi ternyata lokasi kampusnya tidak ada yang sedekat kampus Untar / Trisakti dari tempat tinggalku. Yang terdekat adalah di Grogol.
Tapi aku tetap datangi karena Grogol masih bisa dijangkau dan aku akan tetap ambil Theology kalau itu memang yang Tuhan mau.
Aku datangi kampus tersebut. Tapi sebelum aku turun dari mobil, aku berdoa sama Tuhan lagi, "Tuhan tolong kalau Tuhan mau Michelle kuliah di tempat ini tolong kasih Michelle tanda apapun yang membuat Michelle tidak bisa menolak untuk kuliah disini." Nah pas aku sudah tanya-tanya semuanya baik. Tapi ternyata kampus itu belum ada kantin. Adanya yang jual makan di gerobak. Nah aku kan makan itu harus dijaga banget harus yang bersih. Kalau mami masakin, bawa makanan juga nggak bisa lama lama karena aku harus makan yang fresh ngga boleh lebih dari 4 jam.
Makannya saat itu akhirnya aku bingung rasanya. Aku berdoa lagi sama Tuhan cerita bahwa aku sebenarnya juga suka Theology tapi keaadaan lingkungannya tidak mendukung. Jadi kaya mau nggak mau aku terpaksa harus masuk psikologi.
Eh tiba-tiba, Tuhan ingetin aku bahwa justru Tuhan lagi mengabulkan doaku sebelumnya. Aku nggak ingat bahwa aku tuh pernah doa sm Tuhan minta Dia yang pilihin dan jangan kasih aku pilihan. Dan Tuhan benar-benar jawab exactly the same.
Omg tapi aku masih belum berani untuk bilang ke Papi bahwa aku yakin mau masuk psikologi meski udah lulus test nya karena aku masih takut nanti kerja apa, dsb. Sampai akhirnya beberapa hari kemudian, aku lagi cari-cari lagu rohani, dan aku dengar sebuah lagu Rohani yang judulnya adalah "me without you" by Toby Mac. Dan dari semua lirik yang ada di lagu itu ada satu kalimat yang menempel di otak aku. “ I'd be building my kingdom just to watch it fade away." Lirik itu seakan mengingatkan aku bahwa harta di dunia itu sementara. Aku jadi berpikir bahwa percuma aja aku fokus banget untuk cari uang juga pada akhirnya uang, jabatan, gelar, prestasi itu ga bisa menjamin keselamatanku. Kita memperkaya diri tapi pada akhirnya kita sendiri akan melihat semua itu lenyap juga. Aku tidak berkata kita tidak boleh memperkaya diri lho, boleh kok asal kita tidak menjadikannya sebagai tujuan utama kita. Semua jurusan diluar psikologi itu juga bukannya tidak baik dan tidak bisa memberi dampak buat Tuhan lho, tapi aku cuma ga mau menolak keinginan Tuhan hanya karena masalah pekerjaan dan uang.
Mungkin orang-orang akan fokusnya sukses dan untuk bisa bangun rumah untuk kayak benar-benar untuk kaya raya gitu kan sampai dijadikan tujuan hidup. Cari uang itu ga salah, malah bagus.. Tuhan juga mengajarkan kita dalam Alkitab untuk rajin seperti semut dan tidak boleh malas. Tapi kalau uang dijadikan hal yang utama atau menjadi kaya raya adalah tujuan hidup, itu salah sih kata Firman Tuhan. Sampai kapanpun, mau sekaya raya apapun kita, kita ga akan bisa puas.
Jadi, dari lagu itu, akhirnya aku mantap memutuskan untuk mempelajari Ilmu yang meskipun kata orang kemungkinannya kecil untuk aku mendapat pekerjaan yang baik dan bisa memperkaya diriku. Hal itu karena yang terpenting untukku adalah aku bisa menabung di kerajaan Sorga dengan memberi dampak positif dari ilmu yang kumiliki.
Aku memutuskan untuk tetap mengambil Psikologi sebagai jurusanku, karena aku mau memakai ilmuku bukan hanya untuk memperkaya diri tapi terlebih lagi yang terutama adalah untuk membawa dampak bagi Kerajaan Tuhan.
Aku juga mungkin belum tahu nanti sesudah itu mau kerja apa tapi ya yang pasti nanti aku bisa lebih lagi berdampak untuk Tuhan dan orang di sekitarku dari apa yang aku ilmu tersebut. Aku yakin Tuhan punya rencana yang terbaik. Jalani aja kayak Abaraham kan disuruh keluar dari Ur-Kasdim nggak dikasih tahu pergi ke mana tapi Abaraham nurut aja ikut aja apa yang Tuhan suruh karena dia percaya bahwa Tuhan pasti sediakan jalan yang terbaik. Saat kita benar benar menuruti Tuhan, percayalah Tuhan adalah Allah yang bertangungjawab atas apa yang ia rencanakan bagi kita. Jadi Rencana Tuhan boleh tidak sama dengan rencana kita. Tapi rancangan Tuhan buat kita itu pasti lebih baik daripada rancangan diri kita sendiri karena yang terburuk dari rencana Tuhan itu masih lebih baik daripada rencana kita sendiri.
Tuhan tahu dan mau memberikan yang terbaik buat kita. Mintalah kepekaan dari Tuhan supaya kita bisa membedakan mana yang Tuhan inginkan. Tanya ke Tuhan "Tuhan mau saya seperti apa?, Apa yang Tuhan mau dari hidup saya?" karena Tuhan yang lebih tahu jalan yang terbaik dan yang paling cocok untuk pribadi kita masing masing.
Comments